Pages

Jumat, 11 Januari 2013

Qalbu Mengeras Karena Jauh Dari Allah

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman (yang artinya) :
"Maka celakalah bagi mereka yang keras qalbunya dari berdzikir kepada Allah.
Mereka berada dalam kesesatan yang nyata." (Az-Zumar: 22)Tidaklah Allah memberikan hukuman yang lebih besar kepada seorang hamba
selain dari kerasnya qalbu dan jauhnya dari Allah subhanahu wa ta'ala.
An-Naar (neraka) adalah diciptakan untuk melunakkan qalbu yang keras. Qalbu
yang paling jauh dari Allah adalah qalbu yang keras, dan jika qalbu sudah
keras mata pun terasa gersang. Qalbu yang keras ditimbulkan oleh empat hal
yang dilakukan melebihi kebutuhan: makan, tidur, bicara, dan pergaulan.
Sebagaimana jasmani jika dalam keadaan sakit tidak akan bermanfaat baginya
makanan dan minuman, demikian pula qalbu jika terjangkiti
penyakit-penyakit hawa nafsu dan keinginan-keinginan jiwa, maka tidak akan
mempan padanya nasehat.
Barangsiapa hendak mensucikan qalbunya maka ia harus mengutamakan Allah
dibanding keinginan dan nafsu jiwanya.
Karena qalbu yang tergantung dengan hawa nafsu akan tertutup dari Allah
subhanahu wa ta'ala, sekadar tergantungnya jiwa dengan hawa
nafsunya.
Banyak orang menyibukkan qalbu dengan gemerlapnya dunia. Seandainya mereka
sibukkan dengan mengingat Allah subhanahu wa ta'ala dan negeri akhirat
tentu qalbunya akan berkelana mengarungi makna-makna Kalamullah dan
ayat-ayat-Nya yang nampak ini, dan ia pun akan menuai hikmah-hikmah yang
langka dan faedah-faedah yang indah. Jika qalbu disuapi dengan berdzikir
dan disirami dengan berfikir
serta dibersihkan dari kerusakan, ia pasti akan melihat keajaiban dan
diilhami hikmah.
Tidak setiap orang yang berhias dengan ilmu dan hikmah serta memeganginya
akan masuk dalam golongannya. Kecuali jika mereka
menghidupkan qalbu dan mematikan hawa nafsunya.
Adapun mereka yang membunuh qalbunya dengan menghidupkan hawa nafsunya,
maka tak akan muncul hikmah dari lisannya.
Rapuhnya qalbu adalah karena lalai dan merasa aman, sedang makmurnya qalbu
karena takut kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan
dzikir. Maka jika sebuah qalbu merasa zuhud dari hidangan-hidangan dunia,
dia akan duduk menghadap hidangan-hidangan akhirat.
Sebaliknya jika ia ridha dengan hidangan-hidangan dunia, ia akan
terlewatkan dari hidangan akhirat.
Kerinduan bertemu Allah subhanahu wa ta'ala adalah angin semilir yang
menerpa qalbu, membuatnya sejuk dengan menjauhi gemerlapnya
dunia. Siapapun yang menempatkan qalbunya disisi Rabb-nya, ia akan merasa
tenang dan tentram. Dan siapapun yang melepaskan qalbunya di antara
manusia, ia akan semakin gundah gulana.
Ingatlah! Kecintaan terhadap Allah tidaklah akan masuk ke dalam qalbu yang
mencintai dunia kecuali seperti masuknya unta ke lubang
jarum (sesuatu yang sangat mustahil). Jika Allah subhanahu wa ta'ala cinta
kepada seorang hamba, maka Allah subhanahu
wa ta'ala akan memilih dia untuk diri-Nya sebagai tempat pemberian
nikmat-nikmat-Nya, dan Ia akan memilihnya di antara
hamba-hamba-Nya, sehingga hamba itu pun akan menyibukkan harapannya hanya
kepada Allah. Lisannya senantiasa basah dengan berdzikir kepada-Nya,
anggota badannya selalu dipakai untuk berkhidmat kepada-Nya.
Qalbu bisa sakit sebagaimana sakitnya jasmani, dan kesembuhannya adalah
dengan bertaubat. Qalbu pun bisa berkarat sebagaimana
cermin, dan cemerlangnya adalah dengan berdzikir. Qalbu bisa pula telanjang
sebagaimana badan, dan pakaian keindahannya adalah
taqwa. Qalbu pun bisa lapar dan dahaga sebagaimana badan, maka makanan
dan minumannya adalah mengenal Allah subhanahu wa ta'ala, cinta,
tawakkal, bertaubat dan berkhidmat untuk-Nya.
(diterjemahkan dan diringkas dari kitab Al-Fawaid karya Ibnul Qayyim
rahimahullah hal 111-112)
Kamis, 14 Agustus 2003 - 06:17:50, Penulis : Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc

0 komentar: